Thursday, April 22, 2010

Ada AFTA dengan China?

Isu perdagangan bebas yang banyak disebut-sebut sebagai AFTA menjadi momok bagi sebagian besar pedagang lokal di Indonesia. Hal pokok yang paling ditakutkan adalah ketidakmampuan bersaing harga di pasaran, antara barang-barang yang masuk dari luar negeri dengan barang produksi sendiri.
Lalu apa sebenarnya AFTA?
AFTA singkatan dari ASEAN Free Trade Area, atau Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN adalah sebuah persetujuan mengenai sektor produksi lokal di seluruh negara ASEAN.
Tujuan AFTA adalah meningkatkan daya saing ASEAN sebagai basis produksi dalam pasar dunia melalui penghapusan bea dan halangan non-bea dalam ASEAN.
Banyak faktor yang terkait dengan biaya produksi lokal memaksa para produsen maupun pedagang dalam negeri untuk menjual produknya dengan harga yang tidak dapat bersaing dengan barang dari negara AFTA, belum lagi adanya kesepakatan antara ASEAN dengan China yang menghasilkan Free Trade Agreement, dampaknya dapat kita rasakan, barang-barang China mulai masuk dan meruntuhkan pasaran barang-barang sejenis produksi selain China.
Lantas apa yang dapat kita perbuat?
Wahyu Liz -pendiri Adaideaja,T-bk (tukang bikin kaos)- mengungkapkan bahwa kita ini negara kaya, baik Sumber Daya Alam maupun Sumber Daya Manusia-nya, hal yang perlu dilakukan adalah bertindak kreatif, mengolah sesuatu secara kreatif, menciptakan produk yang unik, sehingga kita tidak perlu berkutat dengan perang harga. Pedagang lokal yang ngotot melawan China dan AFTA tentu akan kewalahan, tuturnya di sela-sela acara pesta wirausaha di Balai Kartini, Jakarta beberapa waktu yang lalu.
Mantan Tim kreatif Dagadu Djokdja ini mengatakan bahwa bisnis kaos plesetan yang dikelolanya saat ini (dengan label kaostomat dan papananda) tidak banyak terpengaruh oleh masuknya kaos-kaos murah dari China.
Kalau kita punya barang yang unik, konten yang kreatif, mengapa harus perang harga? kuncinya adalah inovasi, dan memberikan jaminan kualitas barang yang baik, tutur pengusaha kaos yang rencananya mau mewaralabakan usahanya ini.
Wahyu menegaskan bahwa mulai saat ini juga kita seharusnya mencintai produk dalam negeri sendiri, dan tinggalkan budaya membajak. "Budaya membajak di Indonesia adalah warisan dari kompeni Belanda, dulu mereka menerapkan politik "Dividi et Emperan", maka lihatlah sekarang banyak dividi bajakan di emperan" selorohnya dengan gaya plesetan cerdas yang khas.
Wujud dari kecintaan terhadap produk dalam negeri inilah yang menjadikan Wahyu Liz untuk terus berkreasi hingga muncul sebuah konsep waralaba kaos plesetan lucu.
Konsepnya sederhana, nanti di tiap daerah di Indonesia muncul kaos khas daerah namun dengan gaya yang lucu. Dengan demikian citra daerah dapat terangkat, misalnya dengan kaos khas obyek wisata di daerah tertentu.
Wahyu Liz kembali berseloroh bahwa kita harus sadar branding, branding menurutnya berarti brani tanding (dengan produk luar negeri,-red)
"jadilah kreatif, kalau di Roma ada Colosseum tempat gladiator, maka mari kita bangun collosenyum tempat gelidiator, berbisnis dengan hati yang gembira, sehingga ide segar dan inovasi akan terus muncul" ujarnya menutup wawancara dengan WK.


Wahyu Liz Adaideaja
owner Adaideaja,T-bk (Tukang bikin kaos)
www.adaideaja.com

No comments:

Post a Comment