Wednesday, December 19, 2012

Resensi Buku Emperpreneur




Hore, dapet Resensi di sini:

Judul                 : Emperpreneur
Penulis              : Wahyu Liz Adaideaja
Penerbit            : Metagraf (Creative Imprint Of Tiga Serangkai)
Tahun Terbit      : April, 2012
Jumlah Halama  : 122 halaman

Dulu, kaos adalah benda tabu yang ditampakkan. Konon, kaos dijadikan pakaian dalam tentara Inggris dan Amerika. Baru setelah tahun 1920-an, orang mulai berani menampakkan identitasnya dengan kaos yang dipakainya. Kemudian, setelah itu muncul desain kaos yang menghiasi kaos polos (halaman 19).
Berjalannya tahun, desain kaos pun semakin beragam dari yang serius sampai yang plesetan. Tentu yang menarik dan banyak diminati pembeli adalah kaos plesetan. Di Indonesia sendiri, fenomena kaos plesetan dimulai Dagadu, dengan plesetan gaya Jogja dan semua cerita tentang Jogja. Menyusul Bali dengan Jogger Pabrik Kata-Kata dan Bandung dengan C 59. Kini muncul juga Adaideaja (halaman 17). Pernah dengar?  

Mari saya kenalkan dengan owner Adaideaja jika pembaca belum kenal.
Aku, Wahyu Lies Sundoro, lahir dari seorang ibu yang selama 9 bulan bagaikan hidup di bandara Hamil Perdanakusuka. Maksudnya, aku ini anak pertama. Ibuku Naniek Marnani dan Ayahku Drs. Sunu Achmadi. Aku lahir di daerah paling keren, Cool on Progo, ibukotanya New South Wates, provinsi DIY, 23 Juni 1980. Hari pasarannya Senin Kliwon. Oleh karenanya, aku dijuluki seperti artis Korea, Coy Si Won (COwok Yogya laire SenIn kliWon).

Ini saya sedang tidak bercanda. Tulisan di atas adalah perkenalan dari seorang yang kini lebih dikenal Wahyu Liz Adaideaja. Tulisan yang saya kutip dari halaman 2 sebuah buku yang berjudul Emperpreneur. Sebuah buku bisnis dan bisa dikatakan satu-satunya buku bisnis di Indonesia yang dikemas dengan gaya plesetan.
Bagaimana tidak? Bisa pembaca lihat tulisan awal tulisan ini. Tulisan itu merupakan potongan kalimat pembuka penulis. Sangat menggelitik hati dan pikiran dengan plesetan konyolnya bukan?
Tak hanya tulisan itu saja yang bergaya plesetan. Hampir semua tulisan Wahyu dalam buku ini berisi plesetan. Baik itu berniat memaparkan keseriusan ataupun memang ingin menunjukkan kekonyolannya. Sekalipun begitu, buku ini tetap bisa dijadikan referensi pembaca untuk membangun dan mengelola bisnis kaos plesetan. 

Wahyu yang merupakan alumni FMIPA Kimia UGM, nyasar menjadi penjual kaos di emperan. Tapi jangan salah, namun dari emperanlah akhirnya Wahyu bisa mendirikan empire (kerajaan).
Bagi Wahyu, bisnis itu butuh chemistry antara dia dan bisnisnya, biar nyambung. Menurutnya, chemistry adalah chem is try, hidup ini penuh cobaan dan penuh coba-coba. Selain itu dia juga mengatakan beKaos. BeKaos I Love It (halaman 33).

Karena chemistry yang dia dapatkan dengan menjual kaos plesetan, Adaideaja, Tbk (Tukang Bikin Kaos) sebagai perusahaan PKP (Perusahaan Kaos Plesetan) semakin besar (halaman 66). Ada dua macam brand yang diunggulkan di pasaran yaitu, pertama KaosTomatTM (untuk dewasa) yang sejarahnya plesetan dari Saos Tomat. Tujuan utamanya agar tak terlupakan seperti tak lupa memberi saos tomat ketika makan bakso. Kedua, PapanandaTM yang awalnya dibuat untuk kaos keluarga: papa, mama dan ananda. Tetapi, pada akhirnya kombinasi tersebut dikhususkan untuk anak balita saja (halaman 71-72).
Buku ini tak hanya menceritakan bagaimana awal Wahyu membangun usaha kaos plesetannya, kemudian makin lama makin berkembang dan besar. Tetapi juga menyisipkan berbagai tips dan trik berbisnis itu sendiri. Pada bab awal Wahyu mencoba menjelaskan apa itu bisnis kaos plesetan. Dari peluang, motif kaos yang ada, Keep Less Sad (Kepleset) jangan putus asa dan sedih, dan jurus kombinasi visual dengan kata-kata dalam diskomvis. 

Wahyu yang sangat jago mencari ide konyol dan plesetan juga membongkar rahasianya dalam buku ini. Biasanya dia mendapatkan ide saat makan, saat berkendaraan, saat ngelayap  (jalan-jalan), saat macet, dan ketika membaca. Selain itu dia juga menyarankan untuk memotivasi diri ketika ide tak kunjung datang (halaman 38-46).

Pembaca juga akan mendapatkan sub bab Plesetanologi. Bab ini menjelaskan tentang aturan plesetan yang berawal dari Keep Less Sad yang berarti jangan sampai sedih. Ada pula berbagai macam kategori plesetan, seperti plesetan dengan persamaan bunyi, plesetan dalam bahasa tulis, plesetan dalam ucapan verbal dan bahasa tulis, plesetan dengan membolak-balikkan kata, dan plesetan dengan menguraikan kata. Untuk memudahkan Wahyu juga memberi contoh plesetan dalam tiap kategori (halaman 50-53).
Dia juga menjabarkan bagaimana produksi desain kaos yang bagus itu, mulai alur proofing desain, proofing kaos, dan tahap produksi. Begitu juga bagaimana proses penyablonan kaos sampai pada packaging atau pengemasan kaos.

Dalam bab Manajemen Bisnis, Wahyu memaparkan bagaimana susunan pengurus budidaya kaos plesetan, pengelolaan perputaran barang dan perencanaan cetak desain baru atau cetak lama. Selain itu juga ada sub bab Markethink, yang membahas bagaimana memenej marketing sebuah bisnis. Dalam hal ini ada dua yang penting, yaitu: promosi dan distribusi.

Brand menjadi suatu yang utama bagaimana dikenal dan dihapal calon pembeli (masyarakat). Caranya yakni dengan promosi melalui berbagai macam cara dan tempat. Bisa melalui media massa cetak dan elektronik, begitu dengan media sosial seperti facebook, twitter, dan website/ blog.
Wahyu juga menyarankan,  jika ingin menjadi pengusaha sukses berkomunitaslah. Wahyu sendiri aktif dalam komunitas TDA (Tangan Di Atas) dan sekarang menjabat sebagai pengurus bidang Mastermind.
Maka, dengan kekonyolan dan plesetan yang begitu menghibur sekaligus menebar inspirasi dan ide. Buku ini layak Sobat baca, sebagai pengobar api semangat menaklukkan kerajaan demi kejayaan bisnis di masa depan. Dan jadilah pengusaha emperan berpenghasilan milyaran seperti Wahyu! [Muhammad Rasyid Ridho*]
  
*Ketua Journalistic Club Ikom UMM dan anggota  Forum Lingkar Pena Malang Raya. Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi UMM

Info Buku:
ada di Gramedia dan Toko Buku lainnya
atau kontak manajemen WLA
085728309759
pin BB 210e354d

No comments:

Post a Comment