Wednesday, June 23, 2010

Kreatif


Wahyu Liz Adaideaja adalah seorang Praktisi Bisnis Kreatif di Indonesia,
Wahyu Liz juga seorang prakstisi bisnis distro kaos.

Pengalamannya mengibarkan bendera Adaideaja Tbk (Tukang bikin kaos) itu telah membawanya keliling Indonesia untuk didaulat sebagia pembicara dalam seminar, talkshow, diskusi panel yang berkaitan dengan dunia kreativitas.

Bulan Juni 2010 ini, tepatnya tanggal 25, Wahyu Liz Adaideaja akan mengisi seminar nasional di Pekan Produk Kreatif Indonesia di JCC Senayan Jakarta.
detailnya:

SEMINAR NASIONAL PRODUK KREATIF INDONESIA

Menghadirkan Pembicara:
Wahyu Liz Adaideaja (Creating Red Ocean in Apparel Business)
Adhitiana Reswari (Asosiasi Franchise Indonesia) -- Franchise in Indonesia
Sdr. Suwanto (AMAZY) -- Culinary Business Development
Moderator: Drs. Mohammad Adri, SH (Direktur Kerja Sama dan Pengembangan)

Ruang Merak 1 Lower Lobby
Jakarta Convention Centre
Jumat, 25 juni 2010, jam 14.00 - selesai

++ada Pameran Produk Kreatif se-Indonesia
23-27 Juni 2010 di JCC --  Jakarta

Kontak Manajemen Adaideaja
085728309759

Saturday, June 19, 2010

Ide Kreatif : Creative Bussiness Idea comes from Jogja


Tahukah kamu bahwa dulunya Australia itu jadi satu sama Jogja?
Ini Buktipun:
  1. Maliobourne: tempat belanja di Jogja
  2. Codelaide: sungai di Jogja
  3. Beringbane: pasar tradisional deket maliobourne
  4. Plert: seperti halnya Perth, ini adalah district kecil di Jogja
  5. Tasman siswa: cikal bakal sekolah dari Jogja
  6. Queencand: Kuncen, sebagaimana Queensland, adalah tempat ternak, dulunya, tapi sekarang sudah jadi pusat ekonomi rakyat kecil
  7. New South Wates: salah satu ibukota kabupaten di Jogja
  8. Penduudk aslinya AB-Origin, aseli plat AB, plat Jogja
  9. Banyak Kang Guru, karena Jogja kota pelajar 
By:
Wahyu Liz Adaideaja
Praktisi Bisnis Kreatif Indonesia
-------------------------------------------------------------------------------------------
Baca juga postingan tentang Praktisis Bisnis Kreatif Indonesia di web inspiratif ini

Friday, June 18, 2010

Distro Kaos Plesetan on Foursquare


Setelah Facebook dan Twitter, kini muncul Social Media lain yang kelihatannya mau moncer, yakni foursquare, ini bukan microblogging tapi jejaring berbasis lokasi.
Pemakai Foursquare bisa berinteraksi dengan cara check-in di suatu lokasi dan kompetisi dalam hal badge, poin, dan menjadi Mayor.
Dengan melakukan check-in kita akan mendapatkan poin dan kita bisa melihat bagaimana urutan poin teman-teman kita yang lain.
Jika kita sudah memenuhi beberapa syarat, misalnya sudah melakukan check-in di 10 tempat maka kita bisa unlock Adventurerbadge.
Ada banyak badge yang bisa di-unlock, sehingga bisa menjadi motivasi pengguna untuk terus check-in di banyak tempat. Jika kita adalah orang yang paling sering check-in di satu tempat tertentu, maka otomatis kita akan menjadi Mayor di tempat tersebut.
Dengan demikian, kalau kita membuat lokasi peta atau tempat bisnis kita misalnya seperti yang saya lakukan adalah menaruh peta Adaideaja Corp (Adaideaja Tbk di Foursquare) maka orang yang mau datang dan check-in dapat dengan mudah melihatnya.
Sehingga penggunaaan Foursquare (4SQ) untuk berbisnis adalah menunjukkan kepada khalayak umum lokasi bisnis kita.

Program Reward
Kita dapat memberikan reard bagi mereka yg check-in di lokasi kita, baik secara online maupun offline. Hal ini tentu menjadi promosi dengan budget minimal.

Berburu Mayor
Seperti Head Hunter, kita berburu orang yang rajin berkunjung ke suatu daerah, maka itulah saat yang tepat untuk mempromosikan lokasi kita, meminta mayor tersebut (tentu dengan memberikan reward) untuk menjadi mayor di tempat kita juga.

yang dilakukan pengunjung atau 4SQ user adalah:
Check in, Shout, dan Tips

Check in itu datang ke lokasi, misalnya ada orang check in ke Adaideaja Tbk, lalu dia pindah ke Bandara Adi Sumarmo, Solo, maka itulah check-in.
Bila lokasi tersebut telah terdaftar di place, Anda bisa langsung check in.
Yang Check-in biasanya nge-Shout, seperti update status di Twitter. Jadi Anda bisa memilih, sekedar check in, shout, atau check in sekaligus shout.
pengunjuung juga bisa meninggalkan Tips.
Nah yang perlu diperhatikan adalah Tips. selain Shout pengunjung juga bisa Nge-Tips, artinya komentar sekaligus rekomendasi, misal tips seperti
@Adaideaja Tbk: kaos plesetannya lucu banget..
nah, temen yg ngliat jadi bisa tertarik datang kan..

begitulah peran Sosial Media yang semakin beragam saja,
Semoga Mengharukan

Wahyu Liz Adaideaja

Tuesday, June 15, 2010

Pengusaha Kaos Berebut Cuan di Event Piala Dunia 2010



14 Juni 2010
Zukami dari Afrika Kidul (Liputan oleh Majalah TEMPO)

Belasan kaus bergambar macan tutul berambut hijau sedang menggiring bola berjejer rapi pada lemari gantung di gerai Garasi Djawa, Jalan Kelinci AJ/5, Solo, Jawa Tengah. Sepintas gambar di kaus itu mirip dengan Zakumi, maskot Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan. Eit, hanya sepintas. Macan tutul ini ternyata berblangkon dan berkain batik. Namanya pun bukan Zakumi, melainkan Zukami dari Afrika Kidul.

Itulah kaus pelesetan Piala Dunia 2010 produksi Adaideaja.Tbk-"Tukang Bikin Kaos"-milik Wahyu Liez Sundoro. Di Garasi Djawa, pria kelahiran 29 tahun lalu itu menjual empat macam desain kaus pelesetan Piala Dunia bermerek KaosTomat. -Mantan anggota tim kreatif di sebuah produsen kaus ternama di Kota Gudeg- ini juga memanfaatkan dunia maya untuk menjual kreasinya. Di laman kaospialadunia.wordpress.com, satu kaus ditawarkan Rp 65 ribu.

Wahyu tak berani menampilkan Zakumi di kausnya lantaran takut melanggar hak cipta. "Saya buat dalam bentuk lain saja," ujarnya kepada Tempo pekan lalu. Sejak Desember tahun lalu, lulusan Jurusan Kimia Universitas Gadjah Mada ini sudah berhasil menjual seribu kaus Zukami-tiga kali lipat dari biasanya.

Piala Dunia 2010 memang membawa berkah ekonomi, tidak hanya bagi Afrika Selatan selaku tuan rumah dan negara-negara yang masuk putaran final, tapi juga bagi Indonesia, yang tak mampu meloloskan tim sepak bolanya ke sana. Turnamen sepak bola dunia empat tahunan ini memberikan peluang bisnis bagi para pengusaha lokal, terutama usaha kecil dan menengah. Kesempatan meraup fulus, ya itu tadi, salah satunya memproduksi dan memasarkan pernak-pernik dan suvenir bergambar Zakumi.

Pada Piala Dunia kali ini, lisensi pernak-pernik dan suvenirnya-termasuk Zakumi-dipegang oleh Global Brands Group (Inggris). Di Indonesia, Global Brands memilih PT Indomarco Prismatama, pemilik gerai minimarket Indomaret, untuk memasarkan pernak-pernik Piala Dunia Afrika Selatan, seperti boneka Zakumi, kaus, bola, pembungkus telepon seluler, kartu remi, korek api, celengan, tas, bolpoin, topi, gantungan kunci, botol minuman, dan buku tulis. Harganya mulai Rp 10 ribu sampai Rp 150 ribu. "Kami dipilih karena jaringan tokonya paling banyak dibanding retail lain," kata Direktur Pemasaran Indomarco Prismatama Laurensius Tirta Widjaja. Indomaret punya 4.000 minimarket di seluruh Indonesia.

Khusus buku tulis, kaus, dan botol minuman dipasok oleh pengusaha lokal. Selebihnya dipasok dari Vietnam dan Cina. Indomaret, kata Laurensius, menargetkan penjualan pernak-pernik Piala Dunia senilai Rp 100 miliar. "Penjualan hampir mencapai 50 persen dari target."

Toh, penjualan produk-produk tak resmi tetap saja sulit dibendung. Terlepas dari legal atau ilegal, Piala Dunia 2010 memang kesempatan emas meraup untung bagi orang-orang kreatif. Dhesy, ibu rumah tangga asal Gresik, Jawa Timur, misalnya, memproduksi dan memasarkan kaus, pin, mug, dan boneka Zakumi lewat Internet. Pembelinya kebanyakan dari luar Jawa, seperti Medan, Padang, dan Riau. Kaus dan boneka Zakumi dibanderol Rp 80 ribu per buah, mug Rp 40 ribu, dan pin Rp 8.000, belum termasuk ongkos kirim. "Sampai saat ini, sudah 300 produk terjual," kata Dhesy.

Cipratan rezeki Piala Dunia Afrika Selatan juga dirasakan Sinjaraga Santika Sport, produsen bola di Desa Liangjulang, Kecamatan Panyingkiran, Kabupaten Majalengka. Usaha milik Irwan Suryanto ini kebanjiran pesanan bola sejak akhir tahun lalu. Mitranya di Eropa memesan dua juta bola untuk suvenir pesta bola sejagat ini. Tapi mantan pelatih tenis itu hanya bisa memasok satu juta bola. "Kebetulan ajangnya bertepatan dengan masa panen dan masa tanam. Jadi banyak pekerja yang tidak bisa masuk," katanya.

Irwan memang bukan orang baru dalam bisnis bola Piala Dunia. Sejak Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat, ia telah memasok bola. Tahun ini, Irwan bisa meraup penjualan hingga Rp 20-an miliar. Tentu saja, warga Desa Liangjulang juga ikut mencicipi gurihnya bisnis Piala Dunia ini. (oleh Nieke, TEMPO)